Sebuah Perjuangan

Sindi gadis cantik dan cerdas, ia terlahir dari keluarga kurang mampu. Ayahnya telah meninggal saat dia masih kelas 3 SMP. Sindi anak pertama dari tiga bersaudara, kini ia hanya tinggal bersama ibu dan kedua adiknya yang masih SD. Pekerjaan ibunya sehari - hari hanya berjualan sayur. Saat ini sindi sekolah di SMK farmasi bojonegoro, biayanya cukup mahal. Sehingga membuat sindi harus bekerja di sebuah tokoh. Majikannya sangat baik hati semua biayanya ditanggung olehnya. Sindi kini tinggal bersama majikannya untuk mengurus tokoh majikannya. Di sekolah Sindi terkenal siswa yang sangat tanggap dalam proses belajar.
Semua perhatian guru tertuju kepadanya, sehingga banyak siswa yang iri padanya. Setiap harinya selalu mendapat ejekan dari teman sekolahnya. Tapi tidak semua temannya memperlakukannya seperti itu. Nadia teman yang selalu ada di sampingnya. Nadia berbeda dari Sindi yang hanya anak buruh tani. Nadia terlahir dari keluarga yang kaya tapi Nadia tak pernak menyombongkan diri. Kedekatan mereka sudah seperti saudara sendiri. 
Jarum jam menunjukkan pukul 03.00 pagi Sindi bangun dari tidurnya dan menggambil air wudhu untuk melalukan sholat tahajud, diakhir sholat tidak lupa ia berdoa meminta keinginan yang sangat ingin dicapainya. Selesai berdoa ia ke dapur mengambil sepiring nasi dengan lauk tempe, dimakannya dengan lahap untuk sahur. Lalu ia menggambil buku pelajaran untuk dibacanya sambil menunggu sholat subuh. Kegiatan ini dilakukan setiap hari, udara pagi begitu sejuk dan mentari dipagi hari selalu mendukung aktivitasnya. Setelah semua kegiatan telah terselesaikan ia berangkat sekolah dengan mengayuh sepeda yang jarak dari rumah ke sekolah sekitar 2 km. Sampai di sekolah ia masuk dan mengikuti pelajaran yang akan segera dimulai.
Masuk berbunyi jam pertama dimulai tapi saat itu guru pengajar tidak hadir. Tiba - tiba tiga cewek datang menghampiri Sindi dan menariknya keluar menuju belakang sekolah. Sindi hanya terdiam tak berani membantah. Nadia yang tau akan hal itu langsung mengikutinya dari belakang.
"Dasar cewek sialan!" bentak salah satu cewek dari ketiga cewek itu.
"Apa salahku sampai kalian ngebully aku terus?" tanya Sindi sambil menangis 
"Eh… gembel. Kamu seharusnya tahu kalau yang dipuji-puji semua guru itu aku bukan kamu. Kamu itu gak pantas diperlakukan seperti itu” Bentak cewek tadi
Sindi hanya terdiam dan tak bisa berkata apapun pada mereka. Nadia datang menghampiri mereka, Nadia pun menghentikan perkataan yang diucapkan oleh ketiga cewek itu, dan mereka bertiga pergi meninggalkan Nadia dan Sindi.

"Kamu tidak apa-apa kan Sin?” tanya Nadia
Sindi hanya menggelengkan kepalanya, Nadia pun memeluk Sindi dan membawanya kembali di kelas.

Hari-hari mereka lalui dengan penuh canda tawa dan suka cita bersama. Sampai tiba saatnya detik kelulusan sekolah, Hal itu membuat para siswa dalam tangisan bahagia dan duka. Sindi dan Nadia akhirnya lulus dan keduanya saling berpelukakan untuk perpisahan pertemuan mereka. Yang membuat bangga nilai ujian Sindi tertinggi nomor dua dari seluruh siswa di Indonesia. Sehingga ia mendapat beasiswa untuk melanjutkan ke Universitas Gajah Mada impiannya selama ini. Tapi ia juga ingin sekali mencari pekerjaan yang lebih baik untuk ibu dan kedua adiknya.

Komentar